Kamis, 15 April 2010

HAEMORAGIK POST PARTUM

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN III

“HEMORAGI 6 JAM POST PARTUM”


DISUSUN OLEH :

1. Desi Wati

2. Febby Nuarisa

3. Lastri

4. Norhayani

5. Risna Wati

6. Siti Aisah

7. Syarifah Zaitun

YAYASAN INDAH

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2010

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.

Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan post partum.

Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da cedera pada serviks uteri.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Sebagai acuan untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan kepada Ibu bersalin dengan perdarahan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Ibu bersalin dengan perdarahan

b. Mampu merumuskan diagnosa kebidanan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin yang mengalami perdarahan

c. Mampu menyusun perencanaan yang menyeluruh kepada ibu bersalin

d. Mampu menerapkan rencana kebidanan pada ibu bersalin dengan perdarahan setelah melahirkan

C. Manfaat

Penulis mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai pertimbangan bagi calon tenaga kesehatan professional dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan dalam upaya membantu mengatasi perdarahan saat persalinan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998)

Haemoragic Post Partum (HPP) biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes, 2001).

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:

· Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

· Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :

1. Menghentikan perdarahan.

2. Mencegah timbulnya syok.

3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan. Berdasarkan penyebabnya :

· Atoni uteri (50-60%).

· Retensio plasenta (16-17%).

· Sisa plasenta (23-24%).

· Laserasi jalan lahir (4-5%).

· Kelainan darah (0,5-0,8%).

B. Etiologi

Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:

1. Atonia Uteri

2. Sisa Plasenta dan selaput ketuban

· Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)

· Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)

3. Inversio Uteri

Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri

C. Patofisiologi

Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan lahir seperti epiositomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah :

1. Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).

· Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.

· Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.

· Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.

2. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).

· Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.

· Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus.

3. Penanganannya, ambil spekulum dan cari robekan.

Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

Sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum; karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.

Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara plasenta belum lepas dari rahim.

Perdarahan yang banyak dalam waktu pendek dapat segera diketahui. Tapi bila perdarahan sedikit dalam waktu lama tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum tampak pucat dan gejala lainnya. Pada perdarahan karena atonia uteri, rahim membesar dan lembek.Terapi terbaik adalah pencegahan. Anemia pada kehamilan harus diobati karena perdarahan yang normal pun dapat membahayakan seorang ibu yang telah mengalami anemia. Bila sebelumnya pernah mengalami perdarahan postpartum, persalinan berikutnya harus di rumah sakit. Pada persalinan yang lama diupayakan agar jangan sampai terlalu lelah. Rahim jangan dipijat dan didorong ke bawah sebelum plasenta lepas dari dinding rahim.

Pada perdarahan yang timbul setelah janin lahir dilakukan upaya penghentian perdarahan secepat mungkin dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal, yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau pengangkatan rahim.

Plasenta sudah terlepas dari dinding rahim namun belum keluar karena atoni uteri atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim (akibat kesalahan penanganan kala III) yang akan menghalangi plasenta keluar (plasenta inkarserata).

Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi untuk segera mengeluarkannya.Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.

Sehingga untuk mengatasi perdarahan tersebut diatas harus dilakukan Kompresi Bimanual Interna.

C. Manifestasi Klinis

Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.

Gejala Klinis berdasarkan penyebab:

a. Atonia Uteri

Gejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)

b. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)

Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera

Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

c. Inversio uterus

Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.

Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat

D. Penatalaksanaan Medis

Ø Perdarahan karena Atonia

Bila terjadi perdarahan sebelum plasenta lahir (Retensia plasenta), ibu harus segera minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat. Untuk daerah terpencil dimana terdapat bidan, maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai berikut:

· Pasang infus.

· Pemberian uterotonika intravena tiga hingga lima unit oksitosina ( 10-100 IU)/ Infus dalam 500 ml D5% atau ergometrin 1 amp (0,5 cc hingga 1 cc)/IM atau tambah Inj. prostaglandin

· Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus.

· Keluarkan plasenta dengan perasat Crede, bila gagal, lanjutkan dengan;

· Plasenta manual (seyogyanya di rumah sakit).

· Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah;

· Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau kompresi aorta.

Bila perdarahan terjadi setelah plasenta lahir, dapat dilakukan:

· Pemberian uterotonika intravena.

· Kosongkan kandung kemih.

· Menekan uterus-perasat Crede.

· Tahan fundus uteri/(fundus steun) atau kompresi aorta.

Tentu saja, urutan di atas dapat dilakukan jika fasilitas dan kemampuan penolong memungkinkan. Bila tidak, rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi histerektomi, dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika intravena serta infus cairan sebagai pertolongan pertama.

Ø Perdarahan karena Robekan Jalan Lahir

Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat.

Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon padat liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM

DI BPS BIDAN WARTINI

Hari/ tanggal : Kamis, 4 Februari 2010-02-04

Tempat Pengkajian : BPS Bidan Wartini

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Pasien

Nama : Ny. Nina

RMK : 01.95.88

Umur : 22 tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Banjar / Indonesia

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. A. Yani Km 8,4

Suami

Nama : Tn. Agung

Umur : 24 tahun

Agama : Islam

Suku/bangsa : Banjar / Indonesia

Pendidikan Terakhir : SMA

Pekerjaan : Pegawai swasta

Alamat : Jl. A. Yani Km 8,4

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan ada pengeluaran darah dari alat kelaminnya, darah semakin banyak keluar apabila ibu bergerak dan beraktifitas. Pengeluaran darah ini dirasakan ibu semenjak melahirkan bayinya 6 jam yang lalu.

3. Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah 2 tahun.

4. Riwayat Obstetri

No Tahun

Kehamilan

Persalinan

Bayi

Penyulit

Ket

UK

Penyulit

UK

Cara

Tempat

Penyulit

BB

PB

Seks

Keadaan lahir

1.

2010

Aterm

Tidak ada

Aterm

spontan

BPS/Bidan

Tidak ada

2900 gr

47 cm

hidup

Tidak ada

5. Riwayat persalinan sekarang

Umur kehamilan saat melahirkan : aterm

Tanggal/ jam melahirkan : 4 Februari 2010/ 21.00 WITA

Tempat/ penolong : BPS/Bidan

Lama proses persalinan

-Kala I : 6 jam

-Kala II : 30 menit

-Kala III : 10 menit

Jenis persalinan : spontan

Penyulit saat bersalin : tidak ada

Tindakan saat persalinan

-Pelebaran jalan lahir : tidak ada

-Penjahitan luka jalan lahir : tidak ada

Keadaan bayi yang dilahirkan : hidup

6. Riwayat KB

No

Jenis

Pemeriksa

Tempat/BPS

Mulai

Berhenti

Masalah

11.

Pil

Bidan

BPS

2008

2009

Tidak ada

7. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan ibu : ibu tidak pernah menderita penyakit berat seperti DM, asma, jantung maupun hipertensi.

b. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga tidak pernah menderita penyakit berat seperti DM, asma, jantung maupun hipertensi.

8. Pola kebutuhan sehari-hari

a. Nutrisi

- Jenis yang dikonsumsi : nasi, ikan, tahu / tempe, sedikit sayur.

- Frekuensi : 2 – 3x sehari

- Porsi makan : 1 piring

- Pantangan : tidak ada

b. Eliminasi

§ BAB

- Frekuensi : 1x sehari

- Konsistensi : lembek

- Warna : kuning kecoklatan

§ BAK

- Frekuensi : 5 – 6 x sehari

- Warna : kuning jernih

- Bau : khas

c. Personal Hygiene

- Frekuensi mandi : 2x sehari

- Frekuensi gosok gigi : 2x sehari

- Frekuensi ganti pakaian/jenis : 2x sehari

d. Aktifitas

Ibu tidak bisa melakukan aktivitas rumah tangga dan merawat bayinya.

e. Tidur dan Istirahat

- Siang hari : 1 – 2 jam

- Malam hari : 6 - 7 jam

- Masalah : tidak ada

f. Pola Seksual : belum

g. Pemberian ASI

- Kapan memulai pemberian ASI : IMD

- Frekuensi menyusui : 2 jam sekali

- Masalah : tidak ada

9. Data psikososial dan spiritual

- Tanggapan ibu terhadap kelahiran bayinya : baik

- Tanggapan ibu terhadap perubahan bayinya : baik

- Tanggapan ibu terhadap proses persalinan yang dialaminya : baik

- Pengetahuan ibu tentang bayi batu lahir : ibu cukup mengetahui

- Hubungan sosial ibu dengan orang tua, mertua dan keluarga : baik

- Pengambilan keputusan dalam keluarga : bersama

- Orang yang memabantu ibu dalam merawat bayi : suami dan orang tua

- Adat/ kebiasaan, kepercayaan ibu yang berhubungan dengan kelahiran dan perawatan bayi : baik.

B. OBJEKTIF DATA

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum ibu : Lemah

b. Kesadaran : compos menthis

c. Berat Badan : 48 kg

d. Tanda Vital : TD: 100/70, R: 18x/menit,

N: 57, T: 36 OC.

2. Pemeriksaan Khusus

Inspeksi & Palpasi

- Kepala : simetris, tidak tampak benjolan & nyeri tekan & jaringan parut

- Muka : simetris, pucat & odeme

- Mata : simetris,konjungtiva anemis & sklera tidak ikterus

- Telinga : simetris,tidak ada pengeluaran/infeksi

- Hidung : simetris,tidak ada polip dan pengeluaran cairan

- Mulut : simetris,bibir pucat

- Dada/mamae : dada tampak bengkak dan adanya nyeri tekan

- Abdomen : TFU pertengahan simfisis

- Tungkai : simetris, tidak ada varises dan odem

- Genetalia : perdarahan lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama, rubra.

C. ASSESMENT

a. Diagnosa kebidanan : P1A0, dengan haemorragik postpartum primer

b. Masalah : haus, pusing, gelisah, letih

c. Kebutuhan : konseling

D. PLANNING

1. Memberitahukan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dan keadaan ibu bahwa TD: 100/70, R: 18x/menit, N: 57, T: 36 OC.

“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”.

2. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa perdarahan yang terjadi sudah termasuk perdarahan yang patologis, karena sudah melebihi 500 ml.

Ibu dan keluarga mengetahui bahwa perdarahan yang dialami sudah termasuk patologis”

3. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga penyebab perdarahan yaitu karena adanya robekan jalan lahir. Perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang kuat, keras, bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan spekulum dan lampu penerangan yang baik-red). Bila sudah dapat dilokalisir dari perdarahannya, jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang katgut dan jarum bulat. Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit dijangkau, berilah tampon padat liang senggama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang infus dan pemberian uterotonika intravena.

“Ibu mengetahui penyebab dari perdarahan yang dialaminya dan bersedia dilakukan penajahitan pada jalan lahir”

4. Menjelaskan pada ibu bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, yaitu dengan cara:

· Makan-makanan yang bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelumnya dengan lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan.

· Istirahat yang cukup agar ibu sehat dengan cara tidak melakukan aktivitas yang berlebihan untuk mencegah kelelahan, serta tidur yang cukup agar ASI keluar banyak.

· Minum kapsul vitamin A dosis tinggi dihari pertama setelah bersalin, 1 kapsul lagi dihari kedua.

· Minum 1 tablet Fe setiap hari selama masa nifas.

· Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut jika sudah basah.

“Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah diberikan”

5. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada ibu nifas

· Perdarahan yang banyak lewat jalan lahir

· Pengeluaran rubra pada jalan lahir

· Demam lebih dari 3 hari

· Bengkak pada muka, tangan dan kaki

· Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit

“Ibu mengerti dengan penjelasan yang sudah debikan“

6. Menganjurkan ibu untuk ikut program KB agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi , menjaga kesehatan ibu serta mengurus keluarga, dan untuk mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat (lebih dari 2 tahun).

“ Ibu bersedia melakukan anjuran bidan”

7. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan lain untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

“Ibu bersedia melakukan anjuran bidan”.


DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar