Kamis, 15 April 2010

ATRESIA ESOFAGUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula).
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).

B. Etiologi

Etiologi dari atresia esophagus yaitu kegagalan pada fase embrio terutama pada bayi yang lahir prematur.

C. Patofisiologi

Menurut Price, Sylvia A. 2005. Atresia esophagus merupakan penyakit pada bayi baru lahir dan merupakan kelainan bawaan. Resiko tinggi terhadap atresia esophagus yaitu bayi baru lahir secara premature dan menangis terus disertai batuk-batuk sampai adanya sianosis. Malformasi struktur trakhea menyebabkan bayi mengalami kesulitan dalam menelan serta bayi dapat mengalami aspirasi berat apabila dalam pemberian makan tidak diperhatikan. Pada perkembangan jaringan,terjadi gangguan pemisahan antara trakhea dan esopagus pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6 kehidupan embryonal. Resiko tinggi dapat terjadi pada ibu hamil dengan hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Bayi dengan hipersalivasi ; berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan pembedahannya segera dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro pleural.

D. Manifestasi Klinis

a. Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.

b. Bila pada bayi baru lahir timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia esofagus.

c. Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.

d. Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.

E. Komplikasi

* Gastroesofagus refluk

Kira-kira 50% bayi yang menjalani operasi ini akan mengalami gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluk ke esofagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.

* Disfagia atau kesulitan menelan

Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esofagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan.

* Kesulitan bernafas dan tersedak

Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertelannya makanan dan saspirasi makanan kedalam trakea.

* Batuk kronis

Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esofagus.

* Meningkatnya infeksi saluran pernapasan

F. Penatalaksanaan Medis

· Pengobatan dilakukan dengan operasi

· Sebelum operasi :

- Bayi di letakkan setengah duduk untuk mencegah cairan lambung masuk keparu

- Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi

- Dirawat di inkubator untuk mencegah hipotermia

G. Pemeriksaan Penunjang

Foto thorax.

2 komentar:

  1. bisa dijelaskan hubungan atresia esophagus dengan polihidramnion

    BalasHapus
  2. sebaiknya disertai dengan daftar pustaka, sehingga bisa dipertanggungjawabkan

    BalasHapus