Jumat, 23 April 2010

MUTU LAYANAN KEBIDANAN


“PROGRAM MENJAGA MUTU EKSTERNAL”

DI SUSUN OLEH :

Nazmaturrahmah S.08.311

Nita Anggraini S.08.312

Norfajri Hidayati S.08.313

Norhayani S.08.314

Novi Theresia S S.08.315

Nurliana Sari S.08.316

Siti Aisyah S.08.397

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2010

PROGRAM MENJAGA MUTU

1. Pengertian.

Pengertian program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:

a. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan (Maltos & Keller, 1989).

b. Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang diinginkan dari suatu sistem, sesuai dengan batas-batas teknologi yang dimiliki oleh sistem tersebut (Ruels & Frank, 1988).

c. Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang mencakup identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang diselenggarakan, serta mencari dan memanfaatkan berbagai peluang yang ada untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan (The American Hospital Association, 1988).

d. Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun secara objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan (Joint Commission on Acreditation of Hospitals, 1988).

Keempat pengertian program menjaga mutu ini meskipun rumusannya tidak sama namun pengertian pokok yang terkandung didalamnya tidaklah berbeda. Pengertian pokok yang dimaksud paling tidak mencakup tiga rumusan utama, yakni rumusan kegiatan yang akan dilakukan, karakteristik kegiatan yang akan dilakukan, serta tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

Jika ketiga rumusan tersebut disarikan dari keempat pengertian program menjaga mutu diatas, dapatlah dirumuskan pengertian program menjaga mutu yang lebih terpadu. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan.

2. Tujuan.

Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yang jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tujuan antara.

Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas masalah mutu berhasil ditetapkan.

b. Tujuan akhir.

Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah makin meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah dan penyebab masalah mutu berhasil diatasi.

3. Manfaat.

Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat yang akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan adalah:

a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.

Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan dapat diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara penyelesaian masalah yang benar. Karena dengan diselenggarakannya program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah telah dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian masalah telah dilakukan secara benar.

b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.

Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan atau yang dibawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.

c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum.

Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan .

4. Syarat.

Syarat program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa dari persyaratan yang dimaksud dan dipandang penting ialah:

a. Bersifat khas.

Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah harus bersifat khas, dalam arti jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan hanya untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat seperti ini, maka jelaslah untuk dapat melakukan program menjaga mutu yang baik perlu disusun dahulu rencana kerja program menjaga mutu.

b. Mampu melaporkan setiap penyimpangan.

Syarat kedua yang harus dipenuhi ialah kemampuan untuk melaporkan setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut bahwa suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya mempunyai mekanisme umpan balik yang baik.

c. Fleksibel dan berorientasi pada masa depan.

Syarat ketiga yang harus dipenuhi ialah sifatnya yang fleksibel dan berorientasi pada masa depan. Program menjaga mutu yang terlau kaku dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan, bukanlah program menjaga mutu yang baik.

d. Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi.

Syarat keempat yang harus dipenuhi ialah harus mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi. Program menjaga mutu yang berlebihan, terlalu dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu program yang baik.

e. Mudah dilaksanakan.

Syarat kelima adalah tentang kemudahan pelaksanaannya, inilah sebabnya sering dikembangkan program menjaga mutu mandiri (Self assesment). Ada baiknya program tersebut dilakukan secara langsung, dalam arti dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan .

f. Mudah dimengerti.

Syarat keenam yang harus dipenuhi ialah tentang kemudahan pengertiannya. Program menjaga mutu yang berbelit-belit atau yang hasilnya sulit dimengerti, bukanlah suatu program yang baik.

PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan kode etik profesi meskipun diakui tidak mudah namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini memang telah ada tolok ukurnya, yakni rumusan-rumusan standar serta kode etik profesi yang pada umunya telah dimiliki dan wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan profesi.

Tetapi akan bagaimakah halnya untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan ?. Sekalipun aspek kepuasan tersebut telah dibatasi hanya yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk yang menjadi sasaran utama pelayanan kesehatan , namun karena ruang lingkup kepuasan memang bersifat sangat luas, menyebabkan upaya untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu tidaklah semudah yang diperkirakan. Sesungguhnyalah seperti juga mutu pelayanan, dimensi kepuasan pasien sangat bervariasi sekali. Secara umum dimensi kepuasan tersebut dapat dibedakan atas dua macam:

1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan standar dan kode etik profesi.

Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya pada kesesuaian dengan standar dan kode etik profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan standar dan kode etik profesi dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu hanya mengacu pada penerapan standar serta kode etik profesi yang baik saja. Ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai:

a. Hubungan tenaga kesehatan/perawat-pasien (Nurse-patient relationship).

b. Kenyamanan pelayanan (Amenitis).

c. Kebebasan melakukan pilihan (Choice).

d. Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientifik knowledge and technical skill).

e. Efektifitas pelayanan (Effectives).

f. Keamanan tindakan (Safety).

2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan.

Dalam hal ini ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan . Suatu pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila penerapan semua persyaratan pelayanan dapat memuaskan pasien. Dengan pendapat ini mudahlah dipahami bahwa ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian kepuasan pasien mengenai:

a. Ketersediaan pelayanan kesehatan (Available).

b. Kewajaran pelayanan kesehatan (Appropriate).

c. Kesinambungan pelayanan kesehatan (Continue).

d. Penerimaan pelayanan kesehatan (Acceptable).

e. Ketercapaian pelayanan kesehatan (Accesible).

f. Keterjangkauan pelayanan kesehatan (Affordable).

g. Efesiensi pelayanan kesehatan (Efficient).

h. Mutu pelayanan kesehatan (Quality).

UNSUR-UNSUR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN

Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan keluaran (output) yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien, dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun sebaliknya.

Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input) dan lingkungan (environment). Maka jelaslah bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsur harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standar dan atau kebutuhan.

Unsur masukan

Unsur masukan (input) adalah tenaga, dana dan sarana fisik, perlengkapan serta peralatan. Secara umum disebutkan bahwa apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standardofpersonnel and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (Bruce 1990).

Unsur lingkungan

Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan,organisasi, manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan,organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan.

Unsur proses

Yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis,keperawatan atau non medis. Secara umum disebutkan apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan menjadi baik (Pena, 1984)

Program menjaga mutu jika di tinjau dari kedudukan organisasi pelaksana program menjaga mutu. Bentuk program menjaga mutu secara umum dapat di bedakan menjadi dua:

a. Program menjaga mutu internal ( internal Quality assuranche)

Kegiatan program menjaga mutu diselenggarakan oleh institusi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

b. Program menjaga mutu eksternal ( Eksternal Quality assurance)

Kegiatan program menjaga mutu tidak diselenggarakan oleh institusi kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan melainkan oleh sesuatu organisasi khusus yang berada di luar institusi kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Dep. Kes. RI. Sistem Kesehatan Nasional, Depkes, Jakarta, 1982.

Samsi Jacobalis. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit, PT Citra Windu Satria, Jakarta, 1989.

Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes,Jakarta, 1992.

KEWIRAUSAHAAN

“DISIPLIN ILMU PSIKOLOGI YANG TERKAIT DENGAN KEWIRAUSAHAAN”

KELOMPOK 6 :

1. Apriani

2. Eka Nurmawaty

3. Febby Nuarisa

4. Helda Mayasari

5. Intan Supia Asmara

6. Norhayani

7. Ressy G Ramba

8. Titih Supiana

YAYASAN INDAH

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2010

DISIPLIN ILMU PSIKOLOGI YANG TERKAIT DENGAN KEWIRAUSAHAAN

A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

Peter. F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Sementara, Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreatifitas dan inovasi yang terus menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Kreatifitas dan inovasi tersebut pada akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak.

B. Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan Perkembangannya

Studi kewirausahaan berkembang dalam disiplin ilmu ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian wirausaha. Karena pengertian psikologi itu sendiri adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya.

Sementara itu fenomena kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian baku yang dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982). Ini menunjukkan perkembangan teori ini masih dalam perjalanan panjang serta dari adanya perubahanperubahan ekonomi dunia diharapkan memberi banyak masukan bagi peneliti.

Muculnya banyak wirausaha atau pebisnis, telah menarik perhatian para pakar untuk meneliti bagaimana mereka terbantuk. Bagian ini menjelaskan teori-teori mengenai proses pembentukan wirausaha. Teori tersebut antara lain: life path change, goal directed behavior, teori outcome expectancy. Terakhir, terdapat acuan komprehensif mengenai teori pembetukan wirausaha yang dipadukan oleh teori-teori sebelumnya. Begitu banyak teori yang telah mengupas persoalan ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.

1. Teori Life Path Change

Menurut Shapero dan Sokol (1982) dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru tidak memaluli proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:

a. Negative displacement

Seseorang bisa saja menjadi wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.

Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.

b. Being between things

Orang-orang yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan menjadi wirausaha mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri

c. Having positive pull

Terdapat juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung produk mantan manajernya tersebut.

2. Teori Goal Directed Behavior

Menurut Wolman (1973), seseorang dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu. Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.

Teori ini hendak menggambarkan bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang bersangkutan (wirausaha).

Seseorang terjun dalam dunia wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong kegiatan-kegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kaca mata teori need dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan hidup wirausaha.

3. Teori Outcome Expectancy

Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu.

. . judgement about likely consequences of specific behaviors in particular situations. (Bandura, 1986:82)\

Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang mengenai hasil yang akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan imbalan dengan nilai tertentu juga. Imbalan ini berupa juga insentif kerja yang dapat diperoleh dengan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya jika seseorang menganggap profesi wirausaha akan memberikan insentif yang sesuai dengan keinginannya maka dia akan berusaha untuk memenuhi keinginannya dengan menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer di AS, mempunyai keyakinan yang kuat bahwa bila dia geluti serius hobi modifikasi komputer yang diminati teman-temannya ia akan dapat mengalahkan IBM kelak. Terdorong oleh hal itu Dell terus mengembangkan usaha dengan mendirikan Dell Corporation. Hingga kini Dell dan IBM terus bersaing di industri komputer.


KESIMPULAN

Psikologi Kewirausahaan adalah ilmu psikologi terapan yang menelaah pola perilaku, karakteristik kepribadian pewirausaha.

Perlu ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pewirausaha di sini ialah siapapun yang memiliki karakter kewirausahaan dalam konteks yang luas, sesuai dengan definisi kewirausahaan sebagai kapasitas kreatif-inovatif dalam mewujudkan produk atau jasa baru, atau menambah nilai baru pada produk atau jasa lama, atau membentuk dan/atau mentransformasikan organisasi usaha baru. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pewirausaha tidak sempit hanya pada pengusaha atau usahawan belaka, tetapi juga mencakup pelaku/pemimpin usaha di suatu perusahaan, yang akrab disebut intrapreneur atau corporatepreneur. Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti karakteristik kepribadian wirausaha

Jadi, Psikologi Kewirausahaan bermanfaat bagi mereka yang ingin membangun atau sudah memiliki karir sebagai:

(1) pengusaha,

(2) konsultan bagi pengembangan kewirausahaan,

(3) profesional atau eksekutif yang berperan sebagai pendukung atau "tangan kanan " pewirausaha.

Kamis, 15 April 2010

“PENYAKIT KOLAGEN YANG MUNGKIN PADA WANITA HAMIL”

TUGAS

“PENYAKIT KOLAGEN YANG MUNGKIN PADA WANITA HAMIL”

aKBId SaRi mUlIa

DI SUSUN OLEH :

NORHAYANI

(S.08.314)

YAYASAN INDAH

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2009-2010

“PENYAKIT KOLAGEN YANG MUNGKIN PADA WANITA HAMIL”

1. HIPEREMESIS GRAVIDARUM

a. Definisi

Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5 – 2 % mengalami hiperemesis gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hiperemesis gravidarum sendiri adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin di dalam kandungan. Pada umumnya HG terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan.

b. Penyebab

Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui namun diperkirakan berhubungan dengan kehamilan pertama; peningkatan hormonal pada kehamilan, terutama pada kehamilan ganda dan hamil anggur; usia di bawah 24 tahun; perubahan metabolik dalam kehamilan; alergi; dan faktor psikososial. Wanita dengan riwayat mual pada kehamilan sebelumnya dan mereka yang mengalami obesitas (kegemukan) juga mengalami peningkatan risiko HG. Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya adalah :

· Level hormon ß-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat pada triwulan pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari otak yang mengontrol mual dan muntah

· Peningkatan level estrogen. Mempengaruhi bagian otak yang mengontrol mual dan muntah

· Perubahan saluran cerna. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat berakibat refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan sehingga menyebabkan mual dan muntah

· Faktor psikologis. Stress dan kecemasan dapat memicu terjadinya morning sickness

· Diet tinggi lemak. Risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya

· Helicobacter pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan HG juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat menyebabkan luka pada lambung.

c. Derajat Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum terbagi atas beberapa derajat sesuai dengan tanda dan gejala yang dialaminya, yaitu :

· Derajat 1

Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan mencegah dari masuknya makanan atau minuman selama 24 jam) yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun (2-3 kg dalam 1-2 minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100x permenit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan kulit menurun dan mata cekung

· Derajat 2

Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada sekitarnya, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun, pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB. Pada napas dapat tercium bau aseton

· Derajat 3

Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah turun. Pada jabang bayi dapat terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala: nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan mental. Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Jika sampai ditemukan kuning berarti sudah ada gangguan hati.

d. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan keton urin (air seni), serta elektrolit darah.

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum sangat beragam tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Tatalaksana dini dapat berpengaruh baik pada pasien. Ketika menatalaksana ibu dengan HG, pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah prioritas utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat. Pasien dapat dirawat karena mual dan muntah yang berlebihan disertai koreksi untuk gangguan elektrolit dan cairan. Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat diberikan pada pasien secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair, kemudian meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya akan karbohidrat.

Saran-saran yang diberikan pada ibu yang mengalami HG adalah:

  • Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan menjadi lebih sering dengan porsi kecil
  • Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
  • Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan antimuntah
  • Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
  • Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein. Bila perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan kalium
  • Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian obat dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon

f. Pencegahan

Wanita yang mulai mengkonsumsi vitamin sejak kehamilan dini dapat menurunkan risiko hiperemesis gravidarum. Satu kali gejala HG muncul, maka perlu penatalaksanaan sejak dini agar tidak terjadi perburukan.

2. PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI

A. Pre Eklamsi

a. Definisi

Pre-eklampsia adalah penyakit yang timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Patofisiologi penyakit ini semakin lama semakin jelas, namun penyebab pastinya sampai saat ini masih belum betul-betul diketahui. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia.

b. Klasifikasi

• Pre-eklamsia ringan:

• Pre-eklamsia berat,

B. Eklamsia

Bila dijumpai kejang-kejang pada pasien dengan tekanan darah tinggi pada kehamilan, maka diagnosis kerja utama adalah eklamsia. Hal tersebut ditunjang dengan adanya data proteinuria dan adanya kelainan-kelainan lain seperti pada pre-eklamsia berat.

Penatalaksanaan Tujuan utama penanganan ialah :

• mencegah terjadinya pre-eklampsia berat,

• mencegah terjadinya eklampsia maupun komplikasi yang dapat terjadi

• melahirkan janin hidup dengan trauma yang sekecil-kecilnya.

Pada dasarnya penanganan pre-eclamsia terdiri atas penanganan medik dan penanganan obsetris. Penanganan obsentris ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus. Sedangkan tindakan medis merupakan usaha/upaya untuk menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur karena waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan pre-eclamsia, terutama bila janin masih sangat prematur. Pengobatan pre-eclamsi yang tepat ialah terminasi kehamilan karena tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eclamsia serta kematian intrauterin. Pada kehamilan aterm atau dekat aterm tanpa komplikasi pada ibu dan janin, Diberikan nifedipin dan magnesium sulfat, setelah itu dilakukan induksi persalinan. Pada kasus komplikasi pada ibu dan janin (tidak tergantung pada usia gestasi), Penanganan mediknya sama dengan dengan penanganan di atas, akan tetapi penanganan obstetriknya lebih agresif. Makin berat komplikasi yang sudah terjadi, makin cepat terminasi kehamilan yang harus dilakukan, yang biasanya harus dilakukan sectio caesaria. Pada pasien tanpa komplikasi pada kehamilan kurang dari 34 minggu, tidak dilakukan terminasi kehamilan segera. Pada pasien awal trimester 2, Golongan ini merupakan golongan paling sulit dari sudut janin karena mortalitas dan morbiditasnya tinggi. Penanganan konservatif harus selektif dan pasien dirawat di rumah sakit dengan fasilitas intensive care yang memadai.

Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita pre-eklampsia di rumah sakit ialah:

Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan/atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih;

Proteinuria 1+ atau lebih;

Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam seminggu berulang;

Penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba.

Penanganan pre-eclamsia ringan, yaitu:

• Istirahat di tempat tidur dangan berbaring pada sisi tubuh yang menyebabkan pengaliran darah ke placenta meningkat, aliran darah ke ginjal lebih banyak, tekanan vena pada extremitas bawah turun dan rearbsorbsi cairan di daerah tersebut meningkat. Cara ini biasanya berguna untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi edema.

• Pemberian phenobarbital 3 x 30 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah

• Dianjurkan untuk mengurangi garam dalam diet penderita

• Pada umumnya pemberian obat diuretika dan antihipertensiva tidak dianjurkan karena obat-obat tersebut tidak dapat menghentikan proses penyakit dan juga tidak memperbaiki prognosis janin. Selain itu pemakaian obat tersebut dapat menutupi gejala pre-eclamsi berat.

Penanganan pre-eclamsia berat, yaitu:

• Pada penderita yang masuk rumah sakit sudah dengan tanda-tanda dan gejala-gejala pre-eclamsi berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah terjadinya kejang-kejang. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mencegah kejang-kejang, yaitu: o Larutan magnesium sulfat 50% sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular sebagai dosis pertama dan dapat diulang dengan 2 ml tiap 4 jam menurut keadaan. Tambahan hanya diberikan bila diuresis baik, refleksi patella (+), dan kecepatan nafas 16/menit. Selain untuk menenangkan, obat ini bisa juga untuk menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. o Lytic cocktail, yaitu larutan glukosa 5% sebanyak 500 ml yang berisi pethidin 100 mg, chlorpromazine 50 mg dan promethazine 50 mg sebagai infus intravena

• Obat antihipertensi, untuk pasien preeklamsia berat, obat yang dianjurkan adalah hidralazin yang diberikan secara intravena, tetapi obat ini tidak terdapat di Indonesia dan penurunan tekanan darah yang terjadi sangat tinggi sehingga dapat membahayakan pasien. Oleh karena itu dipakai nifedipin oral yang dapat menurunkan tekanan darah secara cepat dan cukup aman digunakan. Dosis yang dipakai adalah 3 x 10 mg perhari

• Antioksidan (Vit C,E, NAC) diberikan untuk menetralisir radikal bebas yang timbul akibat disfungsi endotel

• Diuretik, tidak diberikan kecuali terdapat edema paru.

• Apabila terdapat oligouria maka pasien sebaiknya diberikan glukosa 20% intravena

• Kemudian setelah bahaya akut tertangani, dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan, persalinan dapat dilakukan dengan cunam atau ekstraktor vakum dengan memberikan narcosis umum untuk menghindarkan rangsangan pada susunan SSP

• Dalam melakukan penatalaksanaan perlu diperhatikan timbulnya gejala komplikasi, terutama edema pulmonary dan oligouri. Keluhan seperti nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium harus sering ditanyakan. Pada pasien juga dilakukan pemeriksaan fundus mata.

Komplikasi pre-eklamsia berat Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah :

• Solusio plasenta. Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.

Hipofibrinogenemia. Maka dianjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.

Hemolisis. Penderita kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal dengan ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.

Perdarahan otak. Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.

Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

Edema paru-paru. Hal ini disebabkan karena payah jantung.

Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

Sndroma hellp. Yaitu hemolisis, elevated liver enzymes dan low platelet.

Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi dan dic (disseminated intravascular coagulation).

Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

Pencegahan Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eclamsia, dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya. Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Penerangannya mengenai manfaat istirahat dan diit, istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidup, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Dianjurkan Diit tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan.

3. KELAINAN LAMANYA KEHAMILAN

Kehamilan lewat waktu bisa terjadi karena terdapat kelainan pada janin. Ini mengakibatkan tidak adanya kontraksi dari janin untuk memulai proses persalinan. Kelainan tersebut di antaranya: anensepalus, hipoplasia kelenjar supra renal janin dan janin tidak memiliki kelenjar hipofisa. Kelainan pada plasenta dan kelainan letak kehamilan juga bisa menjadi penyebab lewat waktu.

Agar tidak terjadi salah penghitungan, maka penghitungan kehamilan perlu dilakukan secermat mungkin. Jika siklus haid teratur 28 plus minus 5 hari, maka dapat dilakukan penambahan 7 hari pada tanggal dari pertama haid yang terakhir, mengurangi bulan yang mendapat haid dengan 3 dan jika perlu menambahkan tahun dengan 1.
Namun yang paling tepat dengan melakukan penilaian biometrik janin pada trimester I kehamilan dengan USG
.

Risiko Lewat Waktu

Tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim tergantung pada dua fungsi penting plasenta. Fungsi tersebut adalah pernapasan dan gizi. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami proses penuaan sehingga fungsinya akan menurun atau berkurang.
Menurunnya fungsi plasenta ini akan berakibat pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Bayi mulai kekurangan asupan gizi dan pasokan oksigen dari ibunya. Bayi juga disebut dismatur atau pasca matur.

Karena lewat waktu, cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau. Sehingga cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru bayi, maka harus dihisap keluar dari saluran nafas bayi. Janin juga dapat lahir dengar berat badan yang berlebihan.

Ketika lahir, bayi akan memiliki kulit yang kering, pecah-pecah, mengelupas, keriput, serta kuku jari yang panjang dan rambut yang lebat. Verniks yang membungkus tubuhnya pun sedikit. Si bayi akan tampak seperti kekurangan gizi karena berkurangnya jumlah lemak di bawah kulit. Karena bayi lewat waktu menghadapi bahaya kehilangan dukungan gizi dari plasenta, maka penting mengetahui perkiraan tanggal lahir yang sebenarnya. Selain itu pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara rutin.

4. KEHAMILAN EKTOPIK

Kehamilan ektopik adalah salah satu komplikasi kehamilan di mana ovum yang sudah dibuahi menempel di jaringan yang bukan dinding rahim.

Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kegawatdaruratan obstetrik yang mengancam nyawa ibu dan kelangsungan hidup janin, serta merupakan salah satu penyebab utama mortalitas ibu, khususnya pada trimester pertama. Karena manifestasinya yang cukup dramatis, sering kali KET dijumpai terlebih dahulu bukan oleh dokter-dokter ahli kebidanan, melainkan dokter-dokter yang bekerja di unit gawat darurat, sehingga entitas ini perlu diketahui oleh setiap dokter. Di masa lampau KET hampir selalu fatal, namun berkat perkembangan alat diagnostik yang canggih morbiditas maupun mortalitas akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetri. Perkembangan teknologi fertilitas dan kontrasepsi memang di satu sisi menyelesaikan masalah infertilitas maupun KB, namun di sisi lain menciptakan masalah baru. Kehamilan ektopik dapat terjadi sebagai akibat usaha fertilisasi in vitro pada seorang ibu, dan kehamilan ektopik tersebut dapat menurunkan kesempatan pasangan infertil yang bersangkutan untuk mendapatkan anak pada usaha berikutnya. Masalah yang lain ialah masalah diagnosis. Tidak semua pusat kesehatan di negara ini mempunyai fasilitas pencitraan, dan dalam menghadapi pasien yang datang dengan keluhan maupun tanda KET, tidak semua dokter, terutama primary-care physician, segera memikirkan KET sebagai salah satu diagnosis banding. Hal ini mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan terapi yang adekuat. Kehamilan ektopik yang belum terganggu juga menjadi masalah tersendiri, karena seolah-olah menjadi bom waktu dalam tubuh pasien. Hal ini terjadi bila tidak ada fasilitas diagnostik yang menunjang, seperti yang terjadi di berbagai daerah rural di Indonesia. Dengan diagnosis yang tepat dan cepat kesejahteraan ibu, bahkan janin, dapat ditingkatkan.



5. PENYAKIT SERTA KELAINAN PLASENTA DAN SELAPUT JANIN

a. Penyakit Trofoblas

Yaitu penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas. Ditemukan pada wanita hamil dan teratoma dari ovarium. Terbagi menjadi :

- Gestational Trophoblastic Disease

- Non Gestational Trophoblastic Disease

Pada hakekatnya merupakan kegagalan fungsi reproduksi.
Disini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidropik dari jonjot korion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut MOLA HIDATIDOSA

Etiologi
Teori infeksi, defisisensi makanan, terutama protein tinggi, teori kebangsaan, dan teori consanguinity.
Teori yang paling cocok adalah teori dari Acosta Sison, yaitu defisiensi protein.


Patogenesis
1. Teori missed abortion.

Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dan villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian disebabkan kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21, menyebabkan gangguan angiogenesis.

2. Teori Neoplasma,

Dari Park Sel-sel trophoblas yang abnormal mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung, menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.


Klasifikasi
1. Penyakit Trofoblas Jinak :

a. Mola hidatidosa.

b. Mola hidatidosa parsial.

2. Penyakit Trofoblas Ganas :

a. Koriokarsinoma villosum

b. Koriokarsinoma non villosum

c. Koriokarsinoma klinis.


b. Penyakit Serta Kelainan Pada Plasenta.

Kelainan bentuk dan bobot plasenta. Bentuk plasenta normal : ceper dan bulat, dengan diameter 15-20 cm dan tebal 1,5-3 cm, berat kurang lebih 500 gram. Plasenta yang besar dan berat ditemukan pada erythroblastosis foetalis dan sifilis. Variasi bentuk plasenta : plasenta bipartita, bilobata atau plasenta dupleks.

Bila disamping plasenta besar ditemukan pula plasenta kecil disebut plasenta suksenturiata. Bila terdapat lubang pada selaput janin dekat plasenta dan pada pinggir lubang tersebut ditemukan pembuluh-pembuluh darah yang terkoyak, kita harus curiga akan adanya plasenta tambahan. Bila antara kedua plasenta tidak ditemukan pembuluh darah disebut plasenta spuria. Plasenta membranasea, dimana plasenta tipis dan lebar, kadang-kadang menutupi seluruh ruangan kavum uteri.

Plasenta sirkumvalata adalah plasenta yang pada permukaan fetalis dekat pinggir terdapat cincin putih. Cincin ini menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan di sebelah luarnya terdiri dari villi yang tumbuh ke samping di bawah desidua. Bila cincin putih ini letaknya dekat sekali ke pinggir plasenta, disebut plasenta marginata. Keduanya disebut plasenta ekstrakorial. Kelainan implantasi. Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan rahim dekat fundus. Jonjot-jonjot menyerbu ke dalam dinding rahim hanya sampai lapisan atas dari stratum spongiosum.

Kalau implantasinya rendah, yaiut di segmen bawah rahim, disebut plasenta previa. Plasenta akreta, kalau jonjot-jonjot menyerbu ke dalam rahim lebih dari batas. Plasenta akreta, jonjot menembus desidua sampai berhubungan dengan miometrium. Plasenta inkreta, jonjot sampai ke dalam lapisan endometrium. Plasenta perkreta, jonjot menembus miometrium sehingga mencapai perimetrium. Penyakit-penyakit pada plasenta. Infark plasenta, adalah bagian-bagian yang berwarna keputihan, noduler dank eras yang terletak baik pada permukaan fetal, maternal atau kedua-duanya. Terjadi karena periarteritis atau endarteritis pembuluh-pembuluh darah villi, kemudian terjadi nekrosis pada stroma dan dinding villi serta pembukuan darah dalam ruang interviller.

Jenisnya : infark subkorial, pada plasenta marginata atau sirkumvalata. Infark noduler pada permukaan fetal, tidak ada arti klinis.
infark yang luas dan tebal dari kotelidon, bias terjadi gangguan nutrisi.

Kalsifikasi pada plasenta
Manifestasi proses penuaan dari plasenta, terjadi penimbunan garam-garam kalsium seperti kalsium karbonat, kalsium fosfat bercampur dengan magnesium fosfat pada permukaan basal dari plasenta. Kalsifikasi terletak pada bagian atas desidua basalis.
Tidak mempunyai arti klinik, hanya dapat digunakan sebagai penentuan lokasi plasenta secara radiologik.

Tumor plasenta

Miksoma fibrosum, hemangioma, korioangioma, mola hidatidosa dan koriokarsinoma. Disfungsi plasentaKeadaan dimana plasenta, baik secara anatomik, maupun fisiologik tidak mampu untuk memberi makan dan oksigen kepada fetus, juga untuk mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan secara normal. Disebut juga insufisiensi plasenta. Dapat menyebabkan fetal dismaturity atau intra uterine growth retardation.
Terjadi biasanya pada kehamilan dengan resiko tinggi, seperti diabetes, hipertensi pada kehamilan, penyakit jantung, dan serotinus.
Pada kelompok ini perlu diadakan pemantauan janin dalam uterus dengan pemeriksaan estriol, HCG, HPL, USG, stress test, NST , kardiotokografi dan lain-lain.


c. Penyakit serta kelainan tali pusat.

Kelainan insersi tali pusat. Normal plasenta berinsersi di bagian sentral atau parasentral. Bila insersi di bagian marginal : plasenta battledore.
Insersi velamentosa, bila tali pusat tidak berinsersi pada jaringan plasenta, tetapi pada selaput amnion, sehingga pembuluh darah umbilicus berjalan diantara amnion dan korion menuju plasenta. Kalau pembuluh darah tersebut berjalan melalui pembukaan serviks, disebut vasa previa.
Kelainan-kelainan lain tali pusat.
Panjang rata-rata tali pusat 55 cm. Terdapat 2 arteri dan 1 vena. Untuk kelahiran anak, panjang tali pusat harus lebih dari 32 cm, bilaletak plasenta di fundus. Pendeknya tali pusat bias bersifat mutlak atau nisbi. Tali pusat yang pendek dapat menyebabkan kelambatan kala II, hernia umbilikalis, ruptura tali pusat, inversion uteri dan solusio plasenta. Tali pusat yang terlalu panjang juga dapat berbahaya, karena dapat menyebebkan lilitan tali pusat, tali pusat menumbung atau simpul benar.

Simpul tali pusat ada 2 jenis :

1. Simpul benar yang terjadi karena gerak anak yang aktif.

2. Simpul palsu yang terjadi karena pembuluh darah umbilicus, terutama vena, lebih panjang dari tali pusatnya sendiri, sehingga terpaksa berkelok-kelok.

d. Kelainan pada amnion

Normal banyaknya air ketuban sekitar 1000 cc, untuk kemudian menurun lagi setelah minggu ke 38 sehingga akhirnya tinggal beberapa ratus cc saja.

e. Hidramnion

Keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.
Bisa terjadi akut atau kronis.
Insiden 1 : 62 dan 1 : 754.
Terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban
terganggu atau kedua-duanya. Diduga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion, disamping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan otak pada anensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti dengan yang baru. Cara pengeluaran dengan ditela oleh janin, diabsorpsi oleh usus, kemudaian dialirkan ke plasenta untuk akhirnya masuk peredaran darah ibu. Gangguan ekskresi terjadi pada atresia esophagus atau tumor-tumor plasenta. Disangka bahwa prolaktin mempunyai peran dalam pengontrolan volume air ketuban.
Gejala hidramnion terjadi semata-mata karena factor mekanik sebagai akibat penekanan uterus yang besar pada organ sekitarnya.
Hidramnion akut biasanya terjadi pada trimester kedua dan kehamilan sering berakhir pada kehamilan 28 minggu.
Hidramnion kronis terjadi perlahan-lahan dan pada kehamilan yang lebih tua.
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan uterus yang lebih besar dari tua kehamilan, bagian dan detak jantung janin sukar ditentukan. Lakukan pemeriksaan radiologik dan ultrasonografi.

Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak. Pada ibu dapat menyebabkan solusio plasenta, inertia uteri, dan perdarahan post partum. Prognosis anak kurang baik karena adanya kelainan congenital, prematuritas, prolaps funikuli dan lain-lain.

Hidramnion yang ringan tidak perlu dapat pengobatan khusus, cukup dengan sedative dan diet pantang garam. Bila keluhan terlalu hebat dapat dlakukan amniosentesis.

f. Oligohidramnion.

Bila banyaknya air ketuban kurang dari 500 cc.
Biasanya cairan kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan.
Diduga ada kaitannya dengan renal agenesis janin.
Kalau terjadi pada kehamilan muda akan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, seperti deformitas dan amputasi ekstremitas.
Uterus tampak lebih kecil, dan detak jantung sudah terdengar lebih dini dan jelas.
Karena kurangnya cairan maka pergerakan anak akan menyulitkan si ibu.

6. PENDARAHAN ANTEPARTUM

a. Definisi

· Perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 mg

· Perdarahan biasanya lebih banyak dan memerlukan penanganan yg berbeda.

· PAP bisa bersumber dari plasenta dan bukan plasenta.

· Klasifikasi PAP ; 1. plasenta previa 2. solusio plasenta 3. belum jelas sumbernya

· Seperti ruptur sinus marginalis, plasenta letak rendah dan vasa previa.

b. Insident

· PAP terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan

· PAP merupakan salah satu trias penyebab kematian ibu di Indonesia

· Setiap PAP memerlukan rawat inap penatalaksanaan segera.

c. Plasenta Previa

Plasenta yg letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu. Disebut totalis jika seluruh pembukaan tertutup oleh plasenta, parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup plasenta, marginalis apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.

Gejala klinik dan diagnosis ,yaitu :

Setiap PAP harus dicurigai plasenta previa sebelum terbukti bukan plasenta previa.

Anamnesis, perdarahan tanpa nyeri, tiba-tiba, tanpa penyebab, biasanya darah berwarna merah segar.

Pemeriksaan luar, bagian janin belum masuk pintu atas panggul, sering terjadi gangguan presentasi dan letak janin.

Diagnosis Plesenta Previa, yaitu :

Inspekulo, untuk mengetahui sumber perdarahan.

Penentuan letak plasenta secara tak langsung dgn radiografi, radioisotop dan USG.

USG ditangan yg ahli merupakan pemeriksaan yang sangat akurat menggantikan PDMO.

Penentuan plasenta secara langsung, dengan meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat, karena dikerjakan dimeja operasi.

Perabaan fornices, dikerjakan jika presentasi janin kepala. Dengan meraba seluruh fornices, akan teraba lunak apabila ada plasenta diantara kepala dan fornises dan teraba keras jika tak ada plasenta. Kadang-kadang sulit jika palsenta tipis atau tersamar adanya bekuan darah. Pemeriksaan ini mendahului pemeriksaan PDMO.

Penanganan, yaitu :

Terapi ekspektatif

Tujuan agar bayi tdk terlahir prematur, penderita dirawat.

Syarat terapi ekspektatif; preterm dengan perdarahan sedikit kemudian berhenti, belum inpartu, KU ibu cukup baik, janin hidup.

Berikan antibiotik profilaksis, tokolisis dgn MgSO4 atau nifedipin 3x10 mg atau lainnya

Betametason utk pematangan paru

Terapi ekspektatif

Lakukan pemeriksaan USG untuk penentuan usia kehamilan, letak plasenta dan presentasi janin

Tes Busa ( Bubble test ) utk mengetahui kematangan paru2 janin

Konservatif sampai usia kehamilan 37 minggu.

Jika perdarahan berhenti pasien dapat dipulangkan dengan persyaratan rumah pasien dekat dan segera kembali jika ada perdarahan